Kenapa Allah mengunci hati orang-orang kafir? Pertanyaan ini
sering muncul dari sebagian besar orang. Allah adalah Maha Kuasa. Apa yang dikehendaki-Nya maka dapat terwujud kapan saja. Bahkan, Dia-lah yang juga mengatur hati setiap manusia. Meskipun Dia bisa membuka hati orang Kafir menuju jalan kebenaran, tapi hal itu tidak terjadi.
Islam memiliki kitab yang sangat lengkap dan bisa diterapkan dalam kurun waktu kapan pun. Kitab sempurna itu adalah Al-Qur�an. Dalam Al-Qur�an akan dijelaskan segala aspek kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu, di dalam Al-Qur�an menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslim dan apa yang mencirikan kaum kafir haruslah dihindari. Seperti yang kita tahu jika kaum kafir adalah orang-orang yang tidak percaya akan adanya Allah, mereka mengingkari Ke-Esaan Allah. Mereka tidak akan bisa melihat apa yang benar secara hakiki. Hal ini dikarenakan Allah telah mengunci hati kaum kafir.
Sebuah dalil menjelaskan apabila kita memberi peringatan ataupun tidak memberi peringatan pada orang kafir akan sama saja, mereka tidak akan beriman. Allah mengunci mati hati orang-orang kafir, dan pendengaran bahkan penglihatannya juga tertutup. Maka mereka itulah orang-orang yang akan mendapat siksa begitu berat.
Berdasarkan ayat tersebut, kaum yang dimaksud sudah jelas yaitu kaum kafir yang memang tidak mau untuk beriman kepada Allah. Dalam bahasa Arab, arti dari kata al-lazina kafaru adalah orang-orang yang telah membulatkan tekad untuk menolak adanya kebenaran. Oleh karena itu, tidak akan ada bedanya jika orang-orang ini diingatkan ataupun tidak, mereka tidak mungkin beriman. Allah telah mengunci pendengaran, penglihatan dan hati mereka.
Namun, satu hal yang perlu kita pahami bahwa bukan karena Allah telah mengunci hati mereka kemudian menyebabkannya menjadi kafir, tapi sebaliknya. Karena kebulatan tekadnya yang tidak mau menerima kebenaran. Tidak ada gunanya jika kita mengingatkan kebaikan pada mereka karena sesungguhnya mereka telah bertekad untuk tidak menerima itu sehingga Allah mengunci hati mereka. Hal ini menujukkan jika bukan Allah yang salah dalam hal ini, tapi memang itu pilihan diri mereka sendiri yang harus dipertanggungjawabkan.
Sebagai contoh sikap orang kafir adalah dalam bidang pendidikan. Misalnya seorang guru yang memiliki pengalaman mengajar sudah lama. Sebelum ujian, guru tersebut sudah memprediksi jika terdapat 3 anak yang tidak akan lulus ujian. Hal ini dikarenakan ketiga anak itu tidak pernah belajar, tidak pernah memperhatikan gurunya, tidak pernah mengerjakan PR dan selalu membuat gaduh di sekolah.
Tibalah saatnya ujian, mereka bertiga pun mengerjakan ujian tersebut. Setelah hari itu, hasil ujian pun keluar dan menyatakan jika benar ketiga siswa itu tidak lulus dalam ujian. Lantas, siapa yang harus disalahkan, sang guru atau muridnya? Bukan karena prediksi sang guru, ketiga siswa itu kemudian tidak lulus, melainkan karena sang siswa yang memang tidak mau belajar dan selalu berbuat gaduh sehingga mereka harus bertanggung jawab atau pilihannya itu.
Berdasakan penjelasan dan contoh di atas, kita tahu jika tertutupnya hati kaum kafir bukan karena Allah melainkan karena diri mereka sendiri. Allah telah memberi kita akal dan pikiran sehingga seharusnya kita bisa membedakan mana kebenaran dan keburukan. Apabila kita saja sudah menolak kebenaran maka hati kita pun akan tertutup akan itu.
sering muncul dari sebagian besar orang. Allah adalah Maha Kuasa. Apa yang dikehendaki-Nya maka dapat terwujud kapan saja. Bahkan, Dia-lah yang juga mengatur hati setiap manusia. Meskipun Dia bisa membuka hati orang Kafir menuju jalan kebenaran, tapi hal itu tidak terjadi.
Islam memiliki kitab yang sangat lengkap dan bisa diterapkan dalam kurun waktu kapan pun. Kitab sempurna itu adalah Al-Qur�an. Dalam Al-Qur�an akan dijelaskan segala aspek kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu, di dalam Al-Qur�an menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslim dan apa yang mencirikan kaum kafir haruslah dihindari. Seperti yang kita tahu jika kaum kafir adalah orang-orang yang tidak percaya akan adanya Allah, mereka mengingkari Ke-Esaan Allah. Mereka tidak akan bisa melihat apa yang benar secara hakiki. Hal ini dikarenakan Allah telah mengunci hati kaum kafir.
Sebuah dalil menjelaskan apabila kita memberi peringatan ataupun tidak memberi peringatan pada orang kafir akan sama saja, mereka tidak akan beriman. Allah mengunci mati hati orang-orang kafir, dan pendengaran bahkan penglihatannya juga tertutup. Maka mereka itulah orang-orang yang akan mendapat siksa begitu berat.
Berdasarkan ayat tersebut, kaum yang dimaksud sudah jelas yaitu kaum kafir yang memang tidak mau untuk beriman kepada Allah. Dalam bahasa Arab, arti dari kata al-lazina kafaru adalah orang-orang yang telah membulatkan tekad untuk menolak adanya kebenaran. Oleh karena itu, tidak akan ada bedanya jika orang-orang ini diingatkan ataupun tidak, mereka tidak mungkin beriman. Allah telah mengunci pendengaran, penglihatan dan hati mereka.
Namun, satu hal yang perlu kita pahami bahwa bukan karena Allah telah mengunci hati mereka kemudian menyebabkannya menjadi kafir, tapi sebaliknya. Karena kebulatan tekadnya yang tidak mau menerima kebenaran. Tidak ada gunanya jika kita mengingatkan kebaikan pada mereka karena sesungguhnya mereka telah bertekad untuk tidak menerima itu sehingga Allah mengunci hati mereka. Hal ini menujukkan jika bukan Allah yang salah dalam hal ini, tapi memang itu pilihan diri mereka sendiri yang harus dipertanggungjawabkan.
Sebagai contoh sikap orang kafir adalah dalam bidang pendidikan. Misalnya seorang guru yang memiliki pengalaman mengajar sudah lama. Sebelum ujian, guru tersebut sudah memprediksi jika terdapat 3 anak yang tidak akan lulus ujian. Hal ini dikarenakan ketiga anak itu tidak pernah belajar, tidak pernah memperhatikan gurunya, tidak pernah mengerjakan PR dan selalu membuat gaduh di sekolah.
Tibalah saatnya ujian, mereka bertiga pun mengerjakan ujian tersebut. Setelah hari itu, hasil ujian pun keluar dan menyatakan jika benar ketiga siswa itu tidak lulus dalam ujian. Lantas, siapa yang harus disalahkan, sang guru atau muridnya? Bukan karena prediksi sang guru, ketiga siswa itu kemudian tidak lulus, melainkan karena sang siswa yang memang tidak mau belajar dan selalu berbuat gaduh sehingga mereka harus bertanggung jawab atau pilihannya itu.
Berdasakan penjelasan dan contoh di atas, kita tahu jika tertutupnya hati kaum kafir bukan karena Allah melainkan karena diri mereka sendiri. Allah telah memberi kita akal dan pikiran sehingga seharusnya kita bisa membedakan mana kebenaran dan keburukan. Apabila kita saja sudah menolak kebenaran maka hati kita pun akan tertutup akan itu.
Posting Komentar